Jakarta, Mengatur pola pernapasan adalah salah satu hal yang penting saat seseorang sedang berolahraga. Karena jika ia menahan napas atau justru bernapas terlalu cepat bisa menimbulkan efek samping.
Pernapasan saat berolahraga tidak hanya membuat seseorang bisa mempertahankan latihan untuk jangka waktu lama, tapi juga membuat seseorang tetap aman selama berolahraga. Selain itu pernapasan juga bisa digunakan untuk mengatur tingkat intensitas dari diri seseorang.
American Heart Association mengungkapkan pernapasan bisa menentukan intensitas latihan seseorang. Organisasi ini merekomendasikan penggunaan kecepatan percakapan sebagai alternatif untuk mengukur intensitas latihan, seperti dikutip dari Livestrong, Kamis (10/3/2011).
Jika seseorang bisa berbicara dengan mudah ketika sedang berjalan, maka ia mampu mengatur napasnya dengan baik saat berolahraga. Tapi jika seseorang menjadi sulit bernapas atau harus berhenti terlebih dahulu baru berbicara, maka ia perlu mengatur intensitas latihannya dengan baik agar olahraga yang dilakukan tidak menimbulkan efek samping.
Menahan napas selama seseorang melakukan olahraga seperti angkat beban atau angkat besi bisa sangat berbahaya, terutama jika memiliki hipertensi. Hal ini disebabkan oleh adanya peningkatan tekanan darah yang terjadi jika seseorang menahan napas saat mengangkat beban. Karena itu mengatur pernapasan dan mengetahui kapan harus beristirahat merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan.
Saat berolahraga cobalah untuk bernapas secara rileks dengan menghirup napas lewat hidung dan mengeluarkannya secara perlahan-lahan melalui mulut dan tidak perlu menahan napas. Menghirup dan membuang napas secara perlahan bisa membuat seseorang merasa lebih segar.
Selain itu tarik dan hembuskan napas dengan pola yang teratur, serta mulailah olahraga dengan intensitas yang rendah dan secara perlahan meningkat sehingga tubuh bisa menyesuaikan diri dan tidak mengalami sesak napas.
Jika seseorang merasa sesak napas selama atau setelah latihan ada kemungkinan mengalami kondisi asma yang dipicu oleh latihan. Gejala tambahan yang timbul termasuk batuk, mengi, kelelahan dan sakit dada. Selain itu berolahraga di udara dingin atau kering bisa meningkatkan risiko tersebut.
Pernapasan saat berolahraga tidak hanya membuat seseorang bisa mempertahankan latihan untuk jangka waktu lama, tapi juga membuat seseorang tetap aman selama berolahraga. Selain itu pernapasan juga bisa digunakan untuk mengatur tingkat intensitas dari diri seseorang.
American Heart Association mengungkapkan pernapasan bisa menentukan intensitas latihan seseorang. Organisasi ini merekomendasikan penggunaan kecepatan percakapan sebagai alternatif untuk mengukur intensitas latihan, seperti dikutip dari Livestrong, Kamis (10/3/2011).
Jika seseorang bisa berbicara dengan mudah ketika sedang berjalan, maka ia mampu mengatur napasnya dengan baik saat berolahraga. Tapi jika seseorang menjadi sulit bernapas atau harus berhenti terlebih dahulu baru berbicara, maka ia perlu mengatur intensitas latihannya dengan baik agar olahraga yang dilakukan tidak menimbulkan efek samping.
Menahan napas selama seseorang melakukan olahraga seperti angkat beban atau angkat besi bisa sangat berbahaya, terutama jika memiliki hipertensi. Hal ini disebabkan oleh adanya peningkatan tekanan darah yang terjadi jika seseorang menahan napas saat mengangkat beban. Karena itu mengatur pernapasan dan mengetahui kapan harus beristirahat merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan.
Saat berolahraga cobalah untuk bernapas secara rileks dengan menghirup napas lewat hidung dan mengeluarkannya secara perlahan-lahan melalui mulut dan tidak perlu menahan napas. Menghirup dan membuang napas secara perlahan bisa membuat seseorang merasa lebih segar.
Selain itu tarik dan hembuskan napas dengan pola yang teratur, serta mulailah olahraga dengan intensitas yang rendah dan secara perlahan meningkat sehingga tubuh bisa menyesuaikan diri dan tidak mengalami sesak napas.
Jika seseorang merasa sesak napas selama atau setelah latihan ada kemungkinan mengalami kondisi asma yang dipicu oleh latihan. Gejala tambahan yang timbul termasuk batuk, mengi, kelelahan dan sakit dada. Selain itu berolahraga di udara dingin atau kering bisa meningkatkan risiko tersebut.